Halida Hatta di Kamisan Ke-828: Demokrasi Dikangkangi Kesewenang-wenangan
2024-08-23 HaiPress
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi,pekerja profesional atau praktisi di bidangnya,pengamat atau pemerhati isu-isu strategis,ahli/pakar di bidang tertentu,budayawan/seniman,aktivis organisasi nonpemerintah,tokoh masyarakat,pekerja di institusi pemerintah maupun swasta,mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Daftar di sini
Kirim artikel
Editor Sandro Gatra
KAMIS sore,22 Agustus 2024,putri Bung Hatta,Proklamator RI 17 Agustus 1945,Halida Hatta,berada di tengah ratusan orang pengunjuk rasa di depan Istana Merdeka,Jakarta.
Dia datang atas undangan Ny Maria Catarina Sumarsih untuk hadir di aksi Kamisan ke-828 (berlangsung sejak Kamis 18 Januari 2007).
“Lima hari sebelumnya,Minggu pagi,17 Agustus 2024,saya berada di tribun utama acara peringatan detik-detik proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79,di Istana Merdeka,Jakarta,” kata Halida kepada saya di bawah payung hitam yang melindungi kami dari sengatan sinar matahari.
Di sudut Lapangan Tugu Monas yang dipenuhi ratusan orang Halida berseru: “Seandainya Ayah saya dapat menyaksikan Indonesia pada usia kemerdekaannya yang ke-79 tahun,saya yakin hatinya hancur melihat demokrasi di negaranya tercinta ini,saat ini,dikakangi berbagai kesewenang-wenangan.”
Dalam tulisan ringan ini,saya mencuplik beberapa kalimat Halida yang mendapat tepuk tangan hadirin.
Dengan mengambil pendapat pemikir filsafat politik dari Inggris abad ke-17,John Locke,dalam orasinya mengingatkan secara keras penguasa negeri ini. “Penguasa yang gagal melindungi hak-hak rakyat dapat disingkirkan oleh rakyat,dan jika perlu,dengan paksaan.”
Sebelumnya Halida berkisah tentang pengalamannya mendapatkan buku dari Bung Hatta,pada tahun 1974,ketika ia mulai kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Jakarta.
Halida mengatakan,dalam bukunya,The Two Treatise of Goverment (1689),John Locke menentang teori kekuasaan negara berdasarkan hak ilahi raja.
Ia mengatakan semua orang dianugerahi hak alami untuk hidup,kebebasan dan hak atas properti,sehingga kekuasaan negara berasal dari rakyatnya.
Lalu Halida menekankan,penguasa bisa disingkirkan rakyatnya,bahkan dengan paksa,bila gagal melindungi hak-hak rakyatnya.
Halida Hatta menyatakan sangat menghargai dan mendukung Ny Sumarsih (72) yang selama ini terus berjuang untuk tegaknya keadilan.
“Di sisi lain,hingga hari ini,pemerintah tidak amanah dalam menangani penyelesaian kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat masa lalu,seperti Tragedi Semanggi,Trisakti,Tragedi 13-15 Mei 1998. Dengan penuh hormat saya mengagumi Ibu-Bapak korban di sini yang terus berjuang mendapatkan keadilan,” demikian Halida.
Setelah berorasi,Halida banyak dikerumuni orang-orang yang hadir di acara ini. Banyak yang mencium tangan. Beberapa wartawan dalam dan luar negeri mewawancarainya.
Sudah beberapa kali saya hadir di acara Kamisan di depan Istana Merdeka. Kali ini saya datang secara kebetulan.
Sebenarnya hari Kamis,saya ingin menyaksikan aksi unjuk rasa di depan gedung Parlemen di Senayan. Namun,ketika sampai depan gedung TVRI,jalan tertutup massa dan aparat keamanan.