Golkar Magnet Politik, Kursi Panas Ketua Umum Usai Ditinggal Airlangga
2024-08-14 HaiPress
JAKARTA,iDoPress - Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menyebut bahwa Golkar adalah partai yang besar dan memiliki magnet elektoral sehingga wajar menarik bagi siapa pun untuk bergabung.
Apalagi,pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024,Golkar kembali bangkit dan membuktikan diri memiliki mesin dan infrastruktur politik mumpuni sebagai partai yang sudah kurang lebih 60 tahun berdiri sejak 1964.
Golkar menjadi partai dengan perolehan suara tertinggi kedua pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 dengan 23.208.654 suara. Capaian itu diluar perkiraan karena hasil kurang baik pada Pileg 2019.
“Golkar hari ini benar-benar partai terbuka,modern,dan siap menerima siapa pun yang memang punya kapasitas untuk masuk ke golkar. Apalagi,kalau itu dari figur-figur atau sosok-sosok yang punya bobot elektoral yang besar,” kata Agung dalam program Obrolan Newsroom bersama Kompas.com,Selasa (13/8/2024).
Baca juga: Menakar Calon Ketum Golkar,Ada 2 Pertimbangan Penting
Di tengah keberhasilan tersebut,tiba-tiba Airlangga Hartarto menyatakan mundur dari kursi Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar.
Oleh karenanya,kursi Ketum Golkar menjadi ramai diperbincangkan di dunia perpolitikan Tanah Air. Terutama,siapa sosok yang mengincar kursi kosong tersebut dan siapa yang pantas mendudukinya.
Berbicara mengenai kandidat calon Ketum Golkar yang cocok,Agung Baskoro menilai bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi kandidat terkuat dari sejumlah nama yang mengemuka di publik.
Jokowi-Golkar saling membutuhkan
“Kalau saya sederhanakan calon Ketum Golkar pasca Airlangga ada tiga orang,Presiden Jokowi,keluarga Pak Jokowi atau orang yang ditunjuk Jokowi. Saya masih melihat potensi Pak Jokowi masih paling tinggi kemungkinannya,” ujar Agung
"Kenapa? Karena beliau membutuhkan kendaraan politik untuk tetap bisa bermanuver atau memastikan legacy beliau bertahan sampai sesuai waktunya,” katanya melanjutkan.
Baca juga: Golkar Butuh Ketum Definitif Hadapi Pilkada,Proses di Internal Dinilai Akan Lancar
Menurut Agung,hubungan antara Jokowi dan Golkar adalah mutualistik atau saling membutuhkan. Mantan Wali Kota Solo tersebut butuh partai. Sedangkan Golkar butuh figur.
Dia mengatakan,Jokowi tidak mungkin mengharapkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang tidak berhasil dibawa Kaesang Pangarep lolos ke Senayan.
Selain itu,Agung menyebut,Jokowi juga tidak mungkin menunggu relawan Pro Jokowi (Projo) menjadi partai politik. Sebab,terlalu lama sementara dua bulan lagi lengser dari jabatan sebagai Presiden RI.
“Sehingga Golkar dianggap partai yang sudah besar punya magnet elektoral yang sepadan dengan PDI-P sebagai rumah baru Pak Jokowi untuk bisa berlayar lagi pasca tidak lagi menjabat dan Golkar ini punya tren positif menjadi lebih besar lagi dari sekarang kalau memang bisa dikelola dengan optimal,” ujarnya.
Baca juga: Keputusan Airlangga Mundur Dinilai Anomali karena Berprestasi dan Dekat dengan Penguasa
Sementara itu,Golkar sejauh ini belum bisa melahirkan sosok-sosok yang mampu menjadi calon pemimpin bangsa ini setelah Presiden Soeharto.
“Pasca Soeharto,Habibie,pasca reformasi Golkar belum mampu menghadirkan presiden,calon presiden yang solid,yang bisa terpilih. Kalau wakil presiden sudah Pak Jusuf Kalla tapi presiden terpilih ini belum ada,” ujarnya.